Vietnam day #1 (destination #1) - Temple of Literature, Hanoi

(English translation available in italic blue texts)

Sudah lama tidak nge-blog. Bukan tidak suka, tapi tidak ada waktu. Walaupun sebenarnya setahun terakhir sudah ke beberapa tempat.
It's been a while I haven't blog. I don't have much time to do it although I have been to several places within a year.

Saya baru saja kembali dari Vietnam. Ikut tur beserta dengan 24 orang lainnya dengan keberangkatan dari Jakarta. Ternyata ikut tur dari Indonesia memang berbeda. Mungkin karena orang Indonesia terkenal ramah. Saya pernah ikut tur lainnya tapi rasanya kurang enjoy.
I just came back from Vietnam. I joined a tour with another 24 people, departing from Jakarta. I found that joining a tour from Indonesia is different. Perhaps because Indonesian are famous of being friendly. I joined other tours but it's not as enjoyable as this one.

Hari pertama kami berangkat dari Jakarta pukul 1 siang menuju Ho Chi Minh. Penerbangan selama 3 jam menggunakan Vietnam Airlines yang pesawatnya cukup kecil (seat 3 - 3). Kami transit selama dua jam kemudian kami melanjutkan penerbangan ke Hanoi yang berjarak 1,618 km di utara Ho Chi Minh. Tiba di Hanoi, sudah pukul 9,30 malam & langsung naik bus menuju hotel.
The first day, we left at 1 pm from Jakarta to Ho Chi Minh. The flight takes 3 hours by Vietnam Airlines. The plane is quite small (3 - 3 seating). We transit for 2 hours before continue with another flight to Hanoi which is located at 1,618 km at the northern side of Ho Chi Minh. We arrived at 9.30 pm & take a bus to hotel.

Esok paginya (9 Nov) kami diajak ke Temple of Literatur (Kuil Literatur). Kuil ini terletak di tengah kota dan memiliki courtyard (Courtyard = halaman tengah). Arsitektur Tiongkok terasa dari atap maupun denah-nya yang berbentuk kotak dan memiliki halaman tengah. Perjalanan masuk menuju kuil ini dihiasi dengan bunga-bunga yang dibentuk menyerupai huruf kanji.
The next morning we are going to Temple of Literature as our first destination. This temple is located at the central of the city and has courtyards. Chinese architecture can be seen from the roof shape and the squarish layout of this temple with the courtyard setting. Pathway to the entrance is decorated with flowers in Chinese characters.

Bunga berbentuk huruf kanji
Flower arrangement in kanji character

Gerbang pertama menghadap ke jalan masuk
First gate facing the entrance

Melewati gerbang pertama kami disambut oleh kolam berbentuk segi empat. Di ujung kolam terdapat dua bendera. Yang satu adalah bendera negara Vietnam dan satu lagi entah apa (Saya lupa bertanya pada tur guide kami). Di sisi sebelah kanan berderet patung kura-kura yang menjunjung prasasti yang memuat ribuan nama. Konon ada 12,000 nama di sini dan itu adalah nama para sastrawan yang pernah belajar di sini. Kuil ini dulunya dipakai sebagai tempat belajar para sastrawan. Jadi sampai sekarang, kuil ini dipakai sebagai tempat untuk merayakan wisuda.
After passing the first gate, we were welcomed with the square pond. On the other side we saw 2 flags. One of them is the Vietnamese flag. On the right side there were tortoise sculptures which holding inscription with names on it. There were around 12,000 names written & those are the names for the 'intellectuals' (or graduates) who were studying there. Until now, this place is used as a place to celebrate commencement.

Kolam di halaman tengah
The central pond as courtyard

Sisi sebelah kanan tempat prasasti berbentuk kura-kura
The right wing where the stone tortoises are located

Prasasti kura-kura dengan pahatan nama di atasnya
The tortoises sculptures with names inscription

Kebetulan hari itu bertepatan dengan acara wisuda. Saya melihat gadis-gadis Vietnam yang cantik-cantik dengan pakaian tradisional Vietnam (disebut áo dài dalam bahasa setempat). Pakaian ini mirip dengan cheong-sham, terutama bagian leher dan dada. Perbedaan terletak dari pinggul ke bawah. Ao Dai memiliki belahan yang lebih tinggi daripada cheong-sham, sekitar garis pinggang. Di dalamnya para wanita Vietnam akan mengenakan celana panjang dari pinggang sampai mata kaki. Sehingga, Ao Dai lebih sopan dan nyaman untuk dipakai. Meskipun dalam beberapa kasus saya temui belahan yang sedikit di atas garis pinggang, sehingga terlihat bagian samping dari perutnya. Contohnya yah pramugari Vietnam Airlines itu.
We were lucky that there were some students having commencement there. I saw beautiful Vietnamese women in their traditional dress, called  áo dài. This dress looks like cheong-sham, especially on the top part. The difference is from the waist below. Ao Dai has a higher slit up to the waist line & beneath it the women will wear long pants up to the ankle. This also means that Ao Dai is more comfortable and modest to be worn. Although I also encounter some cases where the slits are a little bit above the waist line, like the Vietnam Airline air stewardess.

Ao Dai yang dikenakan para wisudawati ini berwarna cerah, sehingga sangat menarik untuk dilihat. Dengan bentuk yang melekuk mengikuti tubuh, ao dai membuat wanita terlihat lebih langsing. Sementara yang pria mengenakan jas hitam dan dasi hitam. Beberapa dari mereka membawa balon berwarna-warni. Sangat menarik untuk dilihat (dan difoto tentunya).
The women wore colorful ao dai makes them looking gorgeous. With the dress shape following the body curve, this dress makes the women looks slimmer. While the guys were wearing tie and suit. Some of them hold colorful balloons. Very interesting to look & take picture.




Deretan wanita Vietnam yang cantik (atas) dan 
seorang pria sedang memegang balon berwarna-warni (bawah)
Pretty Vietnamese ladies (above) and 
a young man holding colorful balloons (below)

Dari halaman tengah pertama, kami harus melewati pintu lagi dan disambut dengan halaman kedua yang hanya berupa lantai batu. Di sisi kiri dan kanan terletak toko-toko suvenir, sementara di bagian ujung terlihat beberapa kaum Buddha sedang sembahyang. Yang unik, anak-anak diatur untuk duduk di sisi kiri, sementara orang dewasa duduk di bagian tengah. Seorang pemimpin upacara agama berjubah merah memimpin jalannya ibadah sementara di sisi kanan ada 2 orang pria yang khusus memukul gong dan lonceng.
From the first courtyard, we pass through another gate & were welcomed with the second gate with the stone floor. The left and right side are souvenir shops, while on the other side some Buddhist were praying. One thing unique is that the children were not praying in the same area with the adult. They were sitting on the left side while the adult sit at the center. A monk in red robe leading the prayers while 2 gentlemen were standing on the side ready to hit the gong and the bell.


Halaman tengah kedua menghadap sayap di mana ritual doa dilakukan
The second courtyard facing the wing where the praying ritual is done

Umat yang sedang khusyuk beribadah
The congregation is praying

Pria pemukul gong
The gong hitter

Pria pemukul bell
The bell man

Di bagian belakang masih ada ruangan yang tidak saya jelajahi. Saya merasa ruangan tersebut tidak boleh dimasuki.
There were some small areas behind this prayer area, but I didn't go there. I felt like this area is forbidden.

Hari itu hujan gerimis dan kami masih memiliki beberapa tempat untuk dikunjungi, jadi kami bergegas kembali ke bis untuk tujuan berikutnya.
That day was drizzling & we still have some places to go, so we rushed back to the bus to our next destination.

Tujuan berikut:
Ho Chi Minh complex and one pillar pagoda (baca ulasannya di sini)
Patung Li Thai To and West Lake (baca ulasannya di sini)
Tran Quac Pagoda on Hoan Kiam Lake (baca ulasannya di sini)
Next destinations:
Ho Chi Minh complex and one pillar pagoda (read over here)
Patung Li Thai To and West Lake (read over here)
Tran Quac Pagoda on Hoan Kiam Lake (read over here)

Comments

Popular posts from this blog

Perbandingan harga filter air rumahan di 3 toko LTC

Palesa (part 1)

Yogyakarta, 25 Mei 2013